Cara apakah yang paling ramah lingkungan untuk menyimpan minuman bersoda?
Oleh Emily Main
Satu pak minuman bersoda isi enam yang terbuat dari kaleng aluminium mampu menampung cairan yang hampir sama jumlahnya (2,3 liter) dengan sebuah minuman bersoda ukuran dua liter. Namun, dalam hubungannya terhadap lingkungan, dampak yang dihasilkan keduanya tak sama. Yang manakah yang harus dipilih?
Botol Plastik
Bahan dasar: plastik polietilena tereftalat (PET)#1, dibentuk dari minyak tanah dan gas alam.
Energi yang terpakai dalam proses pembuatan: setara dengan jumlah energi yang digunakan untuk menyalakan bohlam 50 watt selama 16 jam.
Kesehatan: PET#1 adalah salah satu jenis plastik paling aman, namun penelitian membuktikan bahwa antimoni logam berat (mengakibakan diare) bisa menembus botol plastik dan mencemari cairan di dalamnya selama lebih dari enam bulan.
Pembuangan: Menurut Container Recycling Institute (CRI), hanya 23 persen botol plastik yang terdaur ulang. Plastik juga hanya dapat didaur ulang beberapa kali saja.
Dampak umum terhadap lingkungan: Selain terbuat dari sumber daya alam tak terbarukan, botol plastik seringkali terbuang ke sungai, aliran air, dan lautan, membahayakan ikan, burung, dan makhluk hidup lain. Proses pembuatan plastik adalah salah satu sumber polusi industri paling besar, menghasilkan sulfur oksida dan nitro oksida, memicu terjadinya hujan asam dan pemanasan global.
Kaleng Aluminium
Bahan dasar: Secara kasar, 60 persen kaleng soda terbuat dari alumunium yang baru (bijih besi bauksit yang ditambang), sedangkan 40 persen sisanya terbuat dari alumunium daur ulang.
Energi yang terpakai dalam proses pembuatannya: setara dengan jumlah energi yang digunakan untuk menyalakan sebuah bohlam 50 watt selama 42 jam.
Kesehatan: Walaupun kadar yang terkandung dalam minuman bersoda jarang terdeteksi, kaleng aluminium memiliki lapisan interior yang mengandung senyawa kimia bisfenol A yang dapat mengganggu hormon.
Pembuangan: Aluminium dengan mudah dan tak terbatas dapat selalu didaur ulang, dan lebih sering dilakukan dibandingkan plastik. Menurut CRI, tingkat pendaur ulangannya di AS dapat mencapai hingga 52 persen.
Dampak umum terhadap lingkungan: Penambangan bauksit dapat menimbulkan kerusakan yang sangat parah, membinasakan pemandangan dan mencemari air, dan produksi aluminium mentah menghabiskan energi yang paling banyak dibandingkan pembuatan logam jenis lainnya. Lebih dari setengah energi yang digunakan berasal dari pembangkit listrik tenaga air, yang dihasilkandari pembendungan sungai dan aliran air yang mengganggu habitat perairan. Sumber energi terbesar berikutnya berasal dari pembangkit tenaga batu bara yang merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap munculnya pemanasan global.
Pemenang
Inti Persoalan:
Perbandingan isi dengan kemasan serta produksi yang efisien secara energi menjadikan botol plastik dua liter sebagai pemenangnya. Pastikan Anda menuang minuman bersoda ke dalam gelas yang dapat digunakan kembali, serta mendaur ulang botolnya saat selesai.
Sumber: Green Living Guide: Panduan Mengonsumsi Secara Bijaksana, Edisi Spesial National Geographic Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar