20 Agustus 2009

Menelusuri Kemegahan Ciremai (3078 mdpl)


Sesuai rencana, IATMI Komisariat Cirebon kembali mendaki Gunung Ciremai pada tanggal 7 - 9 Agustus yang lalu. 'Petualangan' dimulai dari perkemahan di Curug Muara Jaya. Tenda-tenda didirikan di dekat air terjun, dilengkapi dengan api unggun dan menu ayam serta ikan bakar. Ditemani teh dan kopi panas untuk menghalau dingin, menjadikan makan malam di alam terbuka menjadi istimewa.

Pagi hari, setelah sarapan, seluruh peserta trekking menyempatkan diri menikmati pemandangan air terjun Muara Jaya yang indah. Untuk sampai ke air terjun ini, terdapat akses berupa tangga yang tingginya puluhan meter hingga ke tempat parkir mobil. Tempat wisata ini rupanya belum begitu dikenal karena di hari libur pun ternyata pengunjungnya hanya sedikit.

Dari Curug Muara Jaya, disediakan dua mobil pick up untuk mengangkut seluruh peserta menuju pos pendakian pertama bernama Blok Arban (1.614 mdpl). Dari Blok Arban, barulah perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Jalur yang ditempuh adalah Jalur Apuy dengan panjang lintasan menuju Puncak Ciremai adalah 6,9 km. Jalur yang dilalui berupa jalan setapak diapit semak belukar dan pepohonan hutan dengan tanjakan yang semakin lama semakin terjal. Begitu juga jalur menuju pos kedua (Simpang Lima - 1.915 mdpl), ketiga (Tegal Wasawa - 2.400 mdpl), keempat ( Tegal Jamuju - 2.600 mdpl) dan kelima (Sang Hyang Rangkah – 2800 mdpl). Dari pos kelima, medan yang dilalui semakin sulit, apalagi menjelang pertemuan jalur Apuy dan jalur Palutungan.

Saat mencapai pertemuan kedua jalur, kita akan ditantang tanjakan terjal bebatuan besar hingga ke puncak. Namun, pemandangan dari sini sangat menakjubkan karena kita seolah menjadi lebih tinggi dari awan. Di kejauhan, kita juga bisa melihat Puncak Gunung Slamet menyembul di antara lautan awan. Sementara matahari senja mulai tenggelam, meninggalkan kemilau lembayung berwarna jingga di ‘garis’ yang menjadi pertemuan awan dan langit. Sebuah pemandangan tak terlupakan yang mengingatkan kita akan kebesaran Sang Pencipta Alam Semesta.

Di jalur menuju Puncak, para peserta berbelok ke kiri, menuju sebuah turunan untuk menginap semalam di pos keenam (Goa Walet – 2950 mdpl). Udara di ketinggian ini sangat dingin. Posisi Goa Walet yang dikelilingi tebing membantu mengurangi terjangan angin dingin yang berbahaya bagi para trekker.
Pagi hari, barulah perjalanan dilanjutkan ke Puncak Ciremai. Sambutan kawah Ciremai yang megah membuat segala kelelahan seakan hilang. Mampu mencapai puncak tertinggi di Jawa Barat menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi para trekker IATMI Cirebon. Dan lagi-lagi, pemandangan luar biasa lautan awan dan langit biru jernih menjadi pelengkap pesona Puncak Ciremai.

Setelah puas mengabadikan pemandangan puncak, para peserta memulai perjalanan turun melalui jalur Palutungan. Jalur ini lebih panjang (8,4 km) namun relatif lebih landai.

Jika tak ada aral melintang dan Tuhan mengizinkan, tahun depan IATMI Komisariat Cirebon akan mendaki Ciremai kembali melalui Jalur Palutungan dan turun melalui Linggarjati. Berminat? ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar